Saya terinsipirasi dari tulisan Kolom KOmpas dot com, berikut cuplikannya…
Kolom Sindhunata
Mozart ternyata juga menjadi inspirasi luar biasa bagi pelatih sekaliber Giovanni Trapattoni, yang sekarang melatih Irlandia. ”Siapa mendengarkan Mozart, dia akan bermain bola dengan lebih baik,” kata Trapattoni. Menurut Trapattoni, dari musik klasik, seperti musik Mozart, pemain bola bisa belajar banyak tentang tempo, irama, dan struktur permainan. Juga tentang bagaimana permainan harus dikendurkan, kemudian dikencangkan lagi. ”Orang akan belajar logika untuk membaca permainan. Saya sendiri percaya, lewat musik, saya tumbuh menjadi pemain bola sekaligus manusia,” katanya.
Bilic adalah pelatih berjiwa muda. Ia bertato dan memakai anting-anting. Ia yakin memiliki otoritas alami. ”Untuk menunjukkan otoritas itu, saya tidak perlu gembar- gembor bahwa saya adalah bos dan lainnya harus tutup mulut serta menurut. Bagi saya, otoritas adalah pengetahuan, tak lebih tak kurang,” katanya. Selain sebagai orang bola dan roker, Bilic juga orang yang berjiwa patriotik. Ia pernah bilang, pemain bola ibarat serdadu yang bertempur untuk negaranya. ”Sekarang pun saya tahu bahwa negara membutuhkan saya,” katanya.
Sabtu dini hari WIB nanti, Bilic dan anak-anaknya perlu berhati-hati karena pemain-pemain Turki pun siap bertempur membela negaranya. Memang begitu menggulung Ceko dengan amat mengejutkan, nasionalisme Turki pun ikut bangkit. Harian Turki, Milliyet, menyebut kemenangan fantastis itu sebagai ”lagu kepahlawanan”. Dan beginilah tulis koran setempat, Türkspor, ”Ibumu telah melahirkan kalian untuk hari semegah ini. Pantas bila orang mendirikan tugu peringatan untuk kalian. Permainan kalian akan menjadi isi sejarah. Tentangnya kami akan bercerita kepada anak cucu. Allah akan meratakan jalan kalian ke final.”
Kondisi berubah. Dalam Piala Eropa ini, dua kali mereka ketinggalan dan dua kali pula mereka menyusul dengan mengejutkan. Malah mereka menggilas Ceko dengan begitu mengenaskan. ”Pemain Turki telah membuat apa yang tidak mungkin menjadi mungkin,” kata Piontek.
Terim adalah pengagum Piontek. Di kantornya, di Istanbul, terpancang tulisan yang menjadi moto Piontek 20 tahun lalu, ”Tak ada yang tidak mungkin. Keajaiban membutuhkan waktu.” Bagi Turki, waktu itu telah datang. Dan mungkin datang lagi kalau nanti mereka bisa menggulung Kroasia.
link : http://bolaeropa.kompas.com/read/xml/2008/06/20/07144563/keajaiban.membutuhkan.waktu
dan Turki memang membuktikan mereka bukan sekedar kejutan tiba2, dan menurut saya ada 2 pelatih di piala euro kali ini yg sangat menginspirasi saya, yakni Fatih Terim dan Guus Hiddink.
Terim jelaslah, dia membaca Turki dalam perjalanan panjang sampai hari ini. Guus Hiddink, dia spesialis membawa tim2 tak diperhitungkan seperti Korea Selatan dan Rusia menjadi kekuatan dahsyat di setiap turnamen besar, dan kalau harus memilih siapa yg cocok untuk menukangi Indonesia, jelas2 Guus Hiddink lah orangnya… selain negara nenek moyangnya Belanda punya hubungan emosional dengan Indonesia